Konsep Assurance

Konsep Assurance

Definisi: Assurance adalah proses untuk memberikan keyakinan bahwa informasi yang disajikan oleh suatu organisasi adalah:
Akurat.
Relevan.
Bebas dari kesalahan material.
Dikelola secara efektif sesuai dengan tujuan dan regulasi.
Pihak yang Terlibat:
Penyedia Assurance: Biasanya auditor internal, auditor eksternal, atau pihak independen lainnya.
Pemangku Kepentingan: Dewan direksi, investor, regulator, karyawan, dan masyarakat​​.
Tujuan Utama:
Memberikan keyakinan bahwa sistem pengendalian internal efektif.
Memastikan laporan keuangan atau non-keuangan bebas dari salah saji material.
Mendukung tata kelola yang baik dengan mengidentifikasi risiko dan memberikan rekomendasi perbaikan​​.
Jenis Assurance:
Financial Assurance: Memberikan keyakinan terhadap keandalan laporan keuangan.
Operational Assurance: Fokus pada efisiensi, efektivitas, dan pengendalian operasional.
Compliance Assurance: Memastikan kepatuhan terhadap regulasi dan kebijakan internal.
Risk Assurance: Mengidentifikasi dan mengelola risiko utama yang dihadapi organisasi​​.

Teori yang Mendukung Assurance

Beberapa teori dasar mendukung konsep assurance, termasuk:
Agency Theory (Teori Keagenan):
Menjelaskan hubungan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent) dalam sebuah organisasi.
Assurance digunakan untuk mengurangi konflik kepentingan antara manajemen dan pemangku kepentingan dengan memberikan bukti independen mengenai kinerja atau keandalan informasi​​.
Stakeholder Theory:
Menekankan bahwa organisasi memiliki tanggung jawab kepada semua pemangku kepentingan, bukan hanya pemegang saham.
Assurance membantu memastikan bahwa kebutuhan informasi dari berbagai pemangku kepentingan terpenuhi​​.
Signaling Theory:
Mengindikasikan bahwa organisasi dapat meningkatkan kredibilitasnya dengan memberikan assurance yang menunjukkan keandalan dan transparansi​​.
Theory of Risk Management:
Assurance digunakan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengurangi risiko yang dapat memengaruhi tujuan organisasi​​.

Tingkat Assurance

Reasonable Assurance:
Tingkat keyakinan tertinggi, biasanya diberikan oleh audit eksternal melalui prosedur yang komprehensif.
Contoh: Audit laporan keuangan tahunan​​.
Limited Assurance:
Tingkat keyakinan yang lebih rendah, biasanya diberikan melalui prosedur yang lebih terbatas.
Contoh: Review laporan keuangan interim​​.
No Assurance:
Situasi di mana penyedia assurance tidak memberikan keyakinan tetapi hanya menyajikan fakta atau informasi tanpa opini.
Contoh: Kompilasi laporan keuangan​​.

Proses Assurance

Perencanaan:
Menentukan tujuan, ruang lingkup, dan metodologi assurance.
Pengumpulan Bukti:
Mengumpulkan bukti melalui wawancara, pengamatan, pengujian dokumen, dan analisis data.
Evaluasi Bukti:
Menilai keandalan dan kecukupan bukti yang dikumpulkan.
Pelaporan:
Menyampaikan temuan, rekomendasi, dan tingkat assurance yang diberikan kepada pemangku kepentingan​​.

Manfaat Assurance

Meningkatkan Kepercayaan:
Memberikan keyakinan kepada pemangku kepentingan bahwa informasi dapat dipercaya.
Meningkatkan Tata Kelola:
Mendukung dewan direksi dan manajemen dalam memenuhi tanggung jawab mereka.
Mengurangi Risiko:
Membantu mengidentifikasi dan memperbaiki kelemahan dalam sistem pengendalian internal​​.
PILAR ASSURANCE

1. Independensi

Dasar Teori: Agency Theory menjelaskan pentingnya pihak ketiga yang independen untuk mengurangi konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik (principal-agent problem).
Penjelasan:
Pemberian keyakinan hanya efektif jika dilakukan oleh pihak yang tidak memiliki kepentingan langsung dengan proses atau sistem yang diperiksa.
Independensi memastikan obyektivitas dan kepercayaan terhadap hasil assurance.
Literatur:
"Internal Audit Handbook" oleh Kagermann et al. menekankan bahwa independensi auditor merupakan syarat utama dalam memberikan assurance​.

2. Kompetensi

Dasar Teori: Competency Theory mengacu pada pentingnya keahlian teknis, pengalaman, dan pemahaman tentang standar yang relevan untuk memberikan assurance yang berkualitas.
Penjelasan:
Kompetensi pemberi assurance mencakup pemahaman mendalam tentang standar profesional dan kemampuan analitis.
Kompetensi memastikan temuan dan rekomendasi assurance dapat diandalkan.
Literatur:
IPPF (International Professional Practices Framework) dari IIA menegaskan kompetensi sebagai elemen inti untuk auditor internal dalam memberikan assurance​​.

3. Kepatuhan terhadap Standar

Dasar Teori: Standardization Theory menyatakan bahwa pelaksanaan assurance harus mengikuti pedoman atau kerangka kerja yang disepakati secara global untuk memastikan konsistensi dan kredibilitas.
Penjelasan:
Assurance yang dilakukan sesuai dengan standar internasional, seperti IPPF, ISSAI, atau COSO, memberikan kerangka kerja yang jelas untuk pengumpulan bukti dan pelaporan.
Standar menciptakan kepercayaan bahwa proses assurance dilakukan dengan cara yang sistematis.
Literatur:
Buku "Internal Control Audit and Compliance" oleh Lynford Graham membahas pentingnya standar dalam proses assurance untuk memastikan pengendalian internal berjalan efektif​.

4. Kecukupan dan Relevansi Bukti

Dasar Teori: Evidence-Based Decision Making Theory mendukung bahwa kesimpulan assurance harus didasarkan pada bukti yang cukup, relevan, dan dapat diverifikasi.
Penjelasan:
Bukti yang dikumpulkan selama proses assurance harus mencerminkan kondisi yang sebenarnya dan mendukung temuan yang objektif.
Bukti yang kuat meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan terhadap hasil assurance.
Literatur:
Buku "Auditor Essentials" oleh Hernan Murdock menyoroti pentingnya bukti yang memadai sebagai dasar untuk memberikan keyakinan yang terpercaya​.



Kesimpulan

Assurance adalah elemen penting dalam tata kelola organisasi yang baik. Dengan memberikan keyakinan independen kepada pemangku kepentingan, assurance mendukung transparansi, akuntabilitas, dan pengelolaan risiko, yang pada akhirnya memperkuat reputasi dan keberlanjutan organisasi.


Want to print your doc?
This is not the way.
Try clicking the ⋯ next to your doc name or using a keyboard shortcut (
CtrlP
) instead.